Ternyata,
perkataan ibu- ibu pegawai dinas kesehatan Pemprovsu waktu saya protes soal pembagian
wahana itu bener, “hanya setahun aja kok”. Begitulah hidup, times changed, life
changed. Nggak terbayang sekeras apa ego saya waktu itu melawan kenyataan yang
memang terasa timpang bagi saya dan beberapa orang yang juga bernasib sama. Pemikiran
sayapun berubah seiring perubahan waktu, seperti jarum menit di jam dinding,
yang pergerakannya nyaris tak terpantau mata. Ceritanyapun kini berbeda, bukan
seputar patah hati atau jatuh hati, tapi ini lah 1 tahun yang hampir berujung, kisah
yang menjadi sebagian masa dalam hidup saya, masa metamorfosis, yeaahh..that’s
called Internship.
Ada banyak
yang berbeda di minggu kali ini, selain hari ini hari kartini, atau kami tidak
ke sidimpuan untuk kegiatan rutinitas minggu selama setahun di Sipirok, tapi
hari ini juga adalah hari minggu terakhir saya jaga di bulan April, karena 2
hari lagi Medan akan menjadi tempat saya menghabiskan waktu 2 minggu ke depan.
Saya tidak
mengetahui sejak kapan dan mengapa saya mulai merasa sedih membayangkan waktu
internship yang kini tinggal 41 hari lagi. Artinya, setelah 41 hari ini, semua
tentang internship, hanya akan menjadi sesuatu yang bejudul kenangan. Tentunya
waktu tidak akan pernah bisa diulang, dan saya hanya bisa mencegah agar setiap
waktu yang tersisa tidak habis begitu saja.
Dalam hidup
ini kita bertemu dengan banyak orang, termasuk bertemu dengan orang lama di
keadaan yang berbeda dan tak disangka, menjalani setahun hidup di bawah atap
yang sama, bersaing menghirup sejuknya hembusan angin Sipirok,dinginnya air
pegunungan yang mengalir mengiringi kebersamaan setahun ini. Dengan keanekaragaman
suku, agama dan budaya yang mewarnai harmoni 365 hari terhitung 01 Juni 2012
hingga InsyaALLAH 31 Mei 2013 .
Suka dan
duka setahun ini nerupakan bingkisan abadi yang tak bisa dihitung nilainya
dengan scientific calculator. Semua menjadi sepaket sejak tinta hitam di surat
itu tertulis nama kami ber15 untuk mengabdi di Tapanuli Selatan.tempat yang terdengar
asing awalnya kini menjadi tempat yang hangat penuh pelajaran, mengabdikan apa
yang sepantasnya saya abdikan, memulai hidup sebagai dokter Internship di
komunitas dan alam yang baru.
Bukan hanya
status pekerjaan saya yang berevolusi, kemandirian sayapun turut diuji. saya
mengaku, setahun ini begitu banyak hal yang membuat saya terkadang sulit untuk
survive, hidup berdampingan di kampung orang memerlukan adaptasi yang lumayan
massive, keterbatasan saya, kelebihan orang lain, keadaan lingkungan, norma
adat bahkan letak geografis sekalipun
seolah menjadi modifiable risk factor sekokoh apa saya berdiri sekarang. Mungkin
saya bukan orang yang cepat beralih, tapi perjalananhidup saya di sini mampu
meyakinkan saya untuk lebih menghargai perbedaan berikut setiap detik waktu
yang tersisa, karena waktu tidak akan pernah berhenti sampai saat dimana saya
sendiri yang akan berhenti dikalahkan oleh waktu.
Hidup itu
seperti membaca cerita bersambung, yang untuk tau cerita selanjutnya seperti apa, kita harus
membaca part demi part yang dikarang si penulis. Hikmah yang nyata sedang
mampir di hadapan saya, dengan isarat yang tidak dapat saya terjemahkan
sebelumnya, kecuali bila ego tak mampu mengimbangi saya waktu itu. Terima kasih
ya ALLAH atas kesempatan yang masih tersisa, bisa bernafas di bumi Tapsel ini
mungkin bukanlah pilihan, tapi merupakan suatu pukulan ajaib yang menggiring
saya ke pertempuran melawan egoisme diri.
Dan hari
ini, bahkan saya dirundung suasana melancolis tak beralasan...yaaa,,, mungkin
saya semakin menginsafi, pada matahari yang mampir esok hari , semua hanya akan
tersisa sebagai memori, dan hidup saya dan mereka akan kembali mencari jalannya
masing- masing.