Minggu, 21 April 2013

that's what i feel these days



Ternyata, perkataan ibu- ibu pegawai dinas kesehatan Pemprovsu waktu saya protes soal pembagian wahana itu bener, “hanya setahun aja kok”. Begitulah hidup, times changed, life changed. Nggak terbayang sekeras apa ego saya waktu itu melawan kenyataan yang memang terasa timpang bagi saya dan beberapa orang yang juga bernasib sama. Pemikiran sayapun berubah seiring perubahan waktu, seperti jarum menit di jam dinding, yang pergerakannya nyaris tak terpantau mata. Ceritanyapun kini berbeda, bukan seputar patah hati atau jatuh hati, tapi ini lah 1 tahun yang hampir berujung, kisah yang menjadi sebagian masa dalam hidup saya, masa metamorfosis, yeaahh..that’s called Internship.
Ada banyak yang berbeda di minggu kali ini, selain hari ini hari kartini, atau kami tidak ke sidimpuan untuk kegiatan rutinitas minggu selama setahun di Sipirok, tapi hari ini juga adalah hari minggu terakhir saya jaga di bulan April, karena 2 hari lagi Medan akan menjadi tempat saya menghabiskan waktu 2 minggu ke depan.
Saya tidak mengetahui sejak kapan dan mengapa saya mulai merasa sedih membayangkan waktu internship yang kini tinggal 41 hari lagi. Artinya, setelah 41 hari ini, semua tentang internship, hanya akan menjadi sesuatu yang bejudul kenangan. Tentunya waktu tidak akan pernah bisa diulang, dan saya hanya bisa mencegah agar setiap waktu yang tersisa tidak habis begitu saja.
Dalam hidup ini kita bertemu dengan banyak orang, termasuk bertemu dengan orang lama di keadaan yang berbeda dan tak disangka, menjalani setahun hidup di bawah atap yang sama, bersaing menghirup sejuknya hembusan angin Sipirok,dinginnya air pegunungan yang mengalir mengiringi kebersamaan setahun ini. Dengan keanekaragaman suku, agama dan budaya yang mewarnai harmoni 365 hari terhitung 01 Juni 2012 hingga InsyaALLAH 31 Mei 2013 .
Suka dan duka setahun ini nerupakan bingkisan abadi yang tak bisa dihitung nilainya dengan scientific calculator. Semua menjadi sepaket sejak tinta hitam di surat itu tertulis nama kami ber15 untuk mengabdi di Tapanuli Selatan.tempat yang terdengar asing awalnya kini menjadi tempat yang hangat penuh pelajaran, mengabdikan apa yang sepantasnya saya abdikan, memulai hidup sebagai dokter Internship di komunitas dan alam yang baru.
Bukan hanya status pekerjaan saya yang berevolusi, kemandirian sayapun turut diuji. saya mengaku, setahun ini begitu banyak hal yang membuat saya terkadang sulit untuk survive, hidup berdampingan di kampung orang memerlukan adaptasi yang lumayan massive, keterbatasan saya, kelebihan orang lain, keadaan lingkungan, norma adat bahkan letak  geografis sekalipun seolah menjadi modifiable risk factor sekokoh apa saya berdiri sekarang. Mungkin saya bukan orang yang cepat beralih, tapi perjalananhidup saya di sini mampu meyakinkan saya untuk lebih menghargai perbedaan berikut setiap detik waktu yang tersisa, karena waktu tidak akan pernah berhenti sampai saat dimana saya sendiri yang akan berhenti dikalahkan oleh waktu.
Hidup itu seperti membaca cerita bersambung, yang untuk  tau cerita selanjutnya seperti apa, kita harus membaca part demi part yang dikarang si penulis. Hikmah yang nyata sedang mampir di hadapan saya, dengan isarat yang tidak dapat saya terjemahkan sebelumnya, kecuali bila ego tak mampu mengimbangi saya waktu itu. Terima kasih ya ALLAH atas kesempatan yang masih tersisa, bisa bernafas di bumi Tapsel ini mungkin bukanlah pilihan, tapi merupakan suatu pukulan ajaib yang menggiring saya ke pertempuran melawan egoisme diri.

Dan hari ini, bahkan saya dirundung suasana melancolis tak beralasan...yaaa,,, mungkin saya semakin menginsafi, pada matahari yang mampir esok hari , semua hanya akan tersisa sebagai memori, dan hidup saya dan mereka akan kembali mencari jalannya masing- masing.




Sabtu, 13 April 2013